4G Internet Pantas Dengan Kelajuan Maksimum Tanpa Sekatan, Penjimatan Panggilan, Tiada Kecurian Kredit, Tiada PayPerUse Internet yang menghabiskan kredit, Tempoh Kredit Lama, Panggilan Murah 6sen, Kuota Internet boleh bawa kehadapan, SEGALANYA DISINI

Cari Blog Ini

Isnin, 8 Jun 2009

Kenyataan KOMPAS akhbar dari Indonesia mengenai Manohara

Saya tertarik dengan kenyataan daripada penulis Kompas yang bersikap lebih terbuka dan professional dalam menterjemahkan masalah peribadi DiRaja Kelantan dengan Manohara yang telah pulang ke Indonesia yang disifatkan lari ke sana.

Rata-rata dari Indonesia memberi tanggapan sinis terhadap apa yang terjadi dan ini akan mengeruhkan suasana politik diantara dua Negara.

Berikut kenyataan dari Kompas.com yang menarik perhatian saya, Laporan oleh wartawan KOMPAS Imam Prihadiyoko:-

Raja Kelantan sebaiknya turun tangan untuk menyelesaikan kasus yang menimpa bahtera rumah tangga putranya, Tengku M Fakhry, melalui jalur hukum. Kasus ini pada mulanya adalah bersifat pribadi, sekarang telah melibatkan publik kedua negara.

Untuk ukuran Manohara kecil, tetapi untuk TKI yang tanpa pendidikan dan keterampilan tidak kecil karena kalau dikalikan dengan kurs rupiah sekitar Rp 1,5 juta. "Kita belum sanggup menggaji pembantu sebesar itu. Dengan demikian, banyak pernyataan Manohara yang perlu diteliti ulang kebenarannya, sehingga kita menjadi arif dan bijaksana," ujarnya.

"Apalagi, banyak pernyataan Manohara yang perlu dipertanyakan kebenarannya, misalnya dia gemuk karena disuntik suaminya. Dia disilet, disterika, dan lain-lain. Itu harus dibuktikan secara hukum. Pengalaman saya selama lima tahun belajar di Malaysia, banyak menemukan perempuan yang gemuk setelah kawin. Ini terjadi karena makanan di Malaysia pada umumnya mengandung santan dan goreng-gorengan serta tidak disertai olah raga yang cukup," ujarnya.

Menurut Musni, kasus penyiksaan yang dialami Manohara banyak dialami TKI di Malaysia. Pernyataan itu menyesatkan. Dari mana dia tahu, padahal Manohara tinggal di istana, dia tidak berhubungan dengaan dunia luar secara bebas dan media belum sebebas seperti di Indonesia.

"Memang, ada kasus penyiksaan TKI seperti yang pernah ramai diberitakan, tetapi pada umumnya tidak banyak dan hanya yang bekerja pada orang China dan India. Tidak pernah mendengar dan menemukan kasus penyiksaan TKI yang bekerja pada orang Melayu. Ini karena sama bahasa, adat istiadat, agama, dan budaya," ujarnya.

Begitu juga pernyataan Manohara, ada TKI bekerja 24 jam dengan gaji 500 ringgit Malaysia. Pernyataan itu terlalu berlebih-lebihan karena tidak mungkin ada orang yang sanggup bekerja 24 jam tanpa istirahat. Mengenai gaji 500 ringgit Malaysia perbulan, umumnya pekerja rumah tangga, tukang sapu, tukang kebun, dan lain-lain bergaji seperti itu.

Tiada ulasan: